Tuesday, October 8, 2013
adik ipar
Aku
hidup bahagia bersama istri dan ke-2 anak- anaku, laki2 dan perempuan
walopun aku hanya pegawai rendahan di suatu instansi pemerintah di kota
B. Kami menempati rumah tipe 45, cicilan rumah BTN, yang kemudian di
renov secara sederhana sehingga mempunyai 3 kamar tidur yang berukuran
tidak terlalu besar. Suatu hari, kami kedatangan ibu mertua bersama adik
ipar saya yang paling kecil, sebut saja Neng,
baru lulus SLA. Atas permintaan ibu mertua, untuk sementara ikut kami
sambil mencari pekerjaan. Perbedaan umur Aku dan Neng cukup jauh,
sekitar 10 tahun. Karena kami dari daerah Jawa Barat, Neng memanggilku
dengan sebutan Aa (yang artinya kakak laki2). Sementara belum
mendapatkan pekerjaan, Neng mengikuti berbagai kursus, Bahasa Inggris,
Komputer, Akutansi, dan atas ijin serta perintah istriku, Aku kebagian
untuk antar jemput menggunakan motor ‘bekjul’ ku. Bekjul maksudnya motor
bebek 70 cc. Mungkin karena nasib baik atau memang wajah Neng cukup
cantik, tidak sampai seminggi, Neng mendapat tawaran pekerjaan sebagai
pelayan toko yang cukup bonafide denga pembagian kerja, seminggu bagian
pagi dan seminggu kebagian malam, demikian silih berganti. dan kalau
kebagian kerja malam, aku bertugas untuk menjemputnya, biasanya toko
tutup pukul 21.00 dan pegawai baru bisa pulang sekitar 21.30. Perjalanan
dari toko ke rumah tidak begitu jauh, bisanya ditempuh sekitar 30
menitan. Neng anaknya manja, mungkin karena bungsu, setiap kali di
bonceng motor, apalagi kalo malam pulang kerja, dia akan memelukku
dengan erat, mungkin juga karena hawa malam yang dingin. Entah sengaja
atau tidak, payudaranya yang sudah cukup besar akan menempel di
punggungku. Hal ini selalu terjadi setiap kali aku menjemput Neng pulang
kerja malam, tapi yang heran, kelihatannya Neng tidak ada rasa bersalah
ataupun rikuh sedikitpun setiap kali payudara nempel di punggungku,
mungkin dianggapnya hal ini suatu konsekuensi logis bila berboncengan
naik motor. Akulah yang sering berhayal yang tidak-tidak, seringkali
dengan sengaja motor kukemudikan dengan kecepatan rendah, kadangkala
sengaja mencari jalan yang memutar agar bisa merasakan gesekan-gesekan
nikmat di punggungku lebih lama. Pada suatu malam, seperti biasanya Aku
menjemput Neng pulang kerja malem, sampai rumah sekitar pukul 22.15 dan
seperti biasanya istriku yang membukakan pintu. Setelah membukakan pintu
istriku akan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Malam itu aku
tidak langsung tidur, aku ke dapur, memanaskan air untuk membuat kopi
karena berniat untuk menonton pertandinga sepak bola di TV, kalau tidak
salah saat itu kesebelasan paforitku main, Brazil. Saat aku keluar dari
dapur, secara bersamaan Neng juga keluar dari kamar mandi, sehingga kami
sama berada di lorong depan kamar mandi, entah apa penyebabnya, malam
itu kami sama-sama berhenti dan saling pandang tanpa sepatah katapun
keluar dari mulut kami masing- masing. Tiba-tiba ada suatu dorongan,
secara cepat aku rangkul dan aku kecup bibirnya selama beberapa detik.
Setelah itu Neng melepaskan diri dari rangkulanku dan dengan tergesa
masuk ke kamarnya. Aku kembali ke ruang tengah untuk melihat
pertandingan bola, tapi perasaanku kacau, tidak konsen pada acara di TV.
Saat itu ada perasaan takut menghantuiku, takut Neng ngadu ke istriku,
bisa-bisa perang dunia ke tiga. Saat pikiranku kacau, aku dikejutkan
suara peluit dari dapur yang menandakan air telah mendidih, bergegas aku
ke dapur untuk membuat kopi. Kembali aku keruang tengan sambil membawa
secangkir kopi yang nikmat sekali, tetapi tetap saja pikiranku kacau.
kok bisa-bisanya tadi aku mengecup bibir Neng?????? Dalam kegalauan
perasaanku, kembali dikejutkan dengan suara lonceng yang menunjukkan
pukul 23.30. Saat itu aku melihat kamar Neng lampunya masih nyala, yang
menandakan penghuninya belum tidur, karena aku tau Neng selalu mematikan
lampunya apabila tidur. Terpikirkan olehku, harus memastikan bahwa Neng
tidak marah oleh ulahku tadi dan berharap istriku tidak sampai tau
insiden tersebut. Dengan pelahan, aku buka kamarku untuk melihat
istriku, ternyata dia sudah pulas, tergambar dari dengkurannya yang
halus disertasi helaan nafar yang teratur. Dengan pelahan kututup
kembali pintu kamar dan secara pelahan pula kubuka pegangan pintu kamar
Neng, ternyata tidak dikunci, pelahan tapi pasti pintu kubuka dan
kudapati Neng duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal menghadap
tembok. Perlahan aku dekati, tiba-tiba Neng menoleh kearahku, kulihat
matanya merah berkaca-kaca, aku bertambah khawatir, Neng pasti marah
dengan kelakuanku tadi. Diluar dugaan, Neng berdiri mendekatiku dan
tiba-tiba memelukku dengan erat sambil kembali menangis lirih. Tambah
bingung aku dibuatnya, kemudian utnuk memastikan apa yang terjadi
sebenarnya, dengan pelahan dan hati-hati aku raih mukanya dan aku
tengadahkan, “Kamu marah?”, pertanyaan konyol tiba-tiba keluar dari
mulutku. Tanpa kata-kata, Neng menjawab dengan gelengan kepala sambil
tajam menatapku. Kami beradu pandang, dan entah dorongan dari mana,
secara pelahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, ketika tidak ada usaha
tolakan dari Neng, dengan lembut kembali kukecup bibirnya. Setelah
beberapa lama, terasa ada reaksi dari Neng, rupanya dia juga menikmati
kecupan tersebut. Akhirnya kecupan ini berlangsung lebih lama dan kami
saling memeluk dengan erat, saling mengeluarkan emosi yang kami sendiri
tidak tau bagaimana menggambarkannya. Tetapi kemesraan ini harus segera
diakhiri, sebelum dipergoki oleh isi rumah yang lain, terutama istriku.
Segera aku keluar kamar, kembali keruang tengah untuk melanjutkan
melihat sepak bola yang ternyata sudah berakhir dengan skor yang tidak
aku ketahui. Akhirnya TV kumatikan dan aku masuk kekamarku untuk tidur
dengan perasaan yang sangat bahagia. Hubungan kami tambah erat dan
tambah mesra, setiapkali ada kesempatan kejadian malam itu selalu kami
ulangi, dan tentunyanya makin hari kualitasnya makin bertambah mesra. Suatu hari, aku pulang kerja lebih awal dan kudapati di rumah hanya ada
adikku Neng dan pembantu. Pembantuku anak perempuan lulusan SMP yang
tidak melanjutkan sekolah karena biaya, rumahnya tidak jauh dari
rumahku, jadi pagi-pagi datang dan sore hari pulang. Badan pembantuku
termasuk bongsor, kulitnya sawo matang dengan muka yang cukup manis
untuk ukuran pembantu. Kembali kepokok cerita, rupanya istriku sedang
pergi dengan ke 2 anakku, berdasarkan surat yang diditipkan ke Neng,
sedang berkunjung ketempat Tante yang katanya sedang mengadakan
syukuran. Seperti biasanya, sore itu sekitar pk 16.00 pembantuku ijin
pulang, maka tinggallah kami berdua, aku dan Neng, sementara istri dan
anak- anakku masih dirumah tante. Tanpa dikomando, rupanya kami
sama-sama memendam kerinduan, sepeninggal pembantu, setelah pintu depan
dikunci, kami saling berpelukan dengan erar dan berpagutan untuk
menumpahkan perasaan masing-masing. Setelah beberapa lama kami
berpagutan sambil berdiri, secara perlahan aku menuntun Neng sambil
masih berpelukan ke arah kamar dan melanjutkan pergulatan di atas tempat
tidur. abibir kami saling berpagutan sambil saling sedot dan saling
menggelitik menggunakan lidah, tanganku mencoba meraba payudaranya dari
balik kaos yang dipakai, rupanya ulahku sangat mengejutkan, sssttttt……..
sssttt …. sssstttt, terdengar erangan seperti orang kepedasan pada saat
aku permainkan putingnya. Aku tambah agresip, kuangkat kaos yang
dipakainya, telihatlah payudaranya yang masih ditutupi beha tipis,
dengan tergesa aku singkap beha-nya dan dengan rakus aku kecup dan aku
permainkan dengan lidah putingnya. Akibatnya sangat luar biasa, ssstttt
….. ooohhh….. uuuhh ….ssstttt ,,, demikian rintihan panjang Neng, hal
ini terjadi karena belum pernah ada laki- laki yang menjamah, ternyata
akulah laki-laki pertama yang mencium bibirnya dan pembermainkan
payudaranya. Pakaian kami makin awut-awutan, aku berharap istriku tidak
pulang cepat. kami melanjutkan kemesaraan, kali ini aku kembali mencium
bibirnya sambil meremas-remas payudara dan sesekali mempermainkan
putingnya. kali ini aku memesrai Neng sambil menindih badannya, perlahan
tapi pasti aku berusaha menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat
keras ke kemaluannya yang rupanya juga sudah mulai lembab. Kembali
terdengar eranga-erangan nikmat, ssssttt ……… uuuhhh ….. ooohhhh ……uuuh.
Bibir dengan cekatan menyedot payudaranya silih berganti sambil
menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya, kami
masih sama-sama pakai baju. Neng pakai bawahan dan kaos, aku masih
memakai pakain kerja. Aku makin bernafsu, aku singkap bawahan Neng
sehingga nampak celana dalamnya yang sudah lembab kemudian kembali aku
gesek-gesekan adik kecilku sambi tidak henti-hentinya mengecup payudara
dan mempermainkan putingnya. Erangan-erangan panjang kembali terdengan
dan tiba-tiba Neng memeluku dengan sangat erat dan terdengar erangan
panjang uuuuhhhh………….. uuuuuuuuhhhh……. uuuuuuhhhhhhh….. aduuuuuuuuhh…….
rupanya Neng mengalami orgasme, mungkin ini adalah orgasme yang pertama
yang pernah dialaminya. Lama-lama cengekeraman Neng makin mengendur dan
lepas seiiring dengan selesainya orgasme tadi. Aku???? belum
tersalurkan, tapi merasakan kebahagiaanya yang amat sangat karena telah
berhasil membuat Neng yang sangat kusayang bisa mendapatkan orgasme yang
ternyata baru dialami saat itu dan merupakan orgasme yang pertama.
Sejak kejadian itu, maksudnya sejak Neng mendapatkan orgasme yang
pertama, kami selalu mencari-cari kesempatan untuk mengulanginya. Tetapi
kesempatannya tidak mudah, karena kami tidak mau menanggung resiko
sampai kepergok oleh istriku. Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00,
saat aku berada dalam kamar bersama istriku, terdengar suara pintu kamar
sebelah terbuka, dan terdengar langkah-langkah halus menuju kamar
mandi, aku dapat menebak dengan pasti bahwa itu adalah Neng yang ada
keperluan ke kamar mandi, kuperhatikan istriku sudah tertidur dengan
nyenyak yang ditandai dengan dengkuran halus yang teratur. Dengan sangat
hati-hati, aku buka pintu kamar sehalus mungkin dengan harapan tidak
ada suara yang dapat menyebabkan istriku terbangun, lalu dengan perlahan
pula pintu kututup kembali dan secara pelahan aku menuju lorong yang
menghubungkan ke kamar mandi. Aku berdiri di lorong sambil memperhatikan
pintu kamarku bagian bawah, kalau-kalau ada lintasan bayangan yang
menandakan istriku bangun, sementara telingaku tidak lepas mendengarkan
apa yang terjadi di kamar mandi. Tidak lama kemudian pintu kamar mandi
terbuka, dan benar dugaanku, Neng keluar dari kamar mandi dengan memakai
baju tidur warna kuning kesukaannya. Baju tidur yang dipakai adalah
model terusan dengan bukaan di bagian dada dan bagian bawah sebatas
lutut. “Ngapain A berdiri di situ” tegur Neng memecah kesunyian,
“Nungguin kamu” jawabku. Tanpa dikomando, kuraih lengannya dan wajah
kami saling mendekat, tak ayal lagi kami berpagutan melampiaskan
kerinduan kami. Beberapa saat kemudian kami melepaskan pagutan sambil
tersengal. “A, Neng pengen …” bisiknya lirih di telingaku. Aku maklum
apa yang diinginkan Neng, kembali kukecup bibirnya sambil kuremas halus
payudaranya, rupanya Neng kali ini tidak memakai beha. Aku buka satu
kancing baju tidurnya, dan nongolah payudaranya yang putih disertai
tonjolan coklat kemerahan. Tak ayal lagi, bibirku berpindah ke
payudaranya dengan disertai sedotan dan gigitan-gigitan lembut pada
tonjolan halus yang coklat kemerahan itu. ” Sssstttttt …… uuuhh”
terdengar desahan-desahan halus, menandakan Neng mulai terangsang.
Tanganku turun, meraba pinggang, terus turun lagi, lagi dan sampailah
kegundukan di bawah pusar, kuusap halus sambil kadang meremas sampai
jari tengahku menemui lekukan di balik baju tidur dan celana dalam. ”
uuuhhh …. uuuhhh ” rupanya rabaan itu menambah rangsangan. “A, pengen
….” kembali bisikan lirih di telingaku, kemudian aku jongkok sehingga
kemaluan Neng tepat di mukaku, Kuangkat rok baju tidur, terlihat celana
dalam warna putih yang tipis dan agak lembab, dengan bernafsu aku mulai
menjilati kemaluan Neng yang masih dibungkus celana dalam. ” uuuhhh
….ssstttt ….. uuhhuu” kembali terdengar erangan-erangan kenikmatan yang
menambah nafsuku makin bergejolak. Kucoba menyingkap celana dalamnya,
terlihatlah gumpalah daging yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk
pertama kali aku melihat langsung kemaluan Neng, aroma khas mulai
tercium, tanpa membuang waktu aku mulai mencium gundukan daging yang
sangat menimbulkan minat itu, sampai akhirnya aku menemukan lekukan yang
lembab berwarna kemerah-merahan. Aku makin semangat menjilat- jilat
lekukan yang sudah sangat lembab itu. “uuhhh ….. aaahhhhh ….sssttt ….
uuuhhhhh” suara erangan makin keras dan terasa rambutku dipegang dengan
keras dengan gerakan menekan. Hal ini semakin membuat nafsuku
berkobar-kobar dan makin inten lidahku menjilati lekukan itu, keluar -
masuk, ke kiri - kana, ke atas - bawah, demikian berulang ulang sampai
pada suatu saat terasa jambakan pada rambutku makin keras disertai
himpitan kaki dikepalaku. “Uuuuuuuuhhhhhhh ….. aaaaaahhhhhhh …..
uuuuhhhhh” terdengan erangan panjang disertai keluarya cairan yang cukup
banyak membasahi mulut dan mukaku. Mukaku terasa dihimpit keras sekali
sampai-sampai kesulitan untuk bernafas. “Uuuhhhhhhhhhhh ….
aaahhhhhhhhhh” kembali erangan panjang terdengar disertai dengan
himpitan dan gerataran yang khas, menandakan orgasme telah dicapai oleh
Neng disertai semprotan cairan yang cukup banyak membasahi mukaku. Aku
peluk dengan kuat kakinya disertai himpitan dan tekanan mukaku ke
kemaluan Neng, karena aku maklum hal seperti inilah yang diinginkan
wanita pada saat mencapai puncak orgasmenya. Beberapa lama kemudian,
mulai mengendur himpitan pada mukaku, sampai akhirnya tenang kembali.
Aku berdiri dan ku peluk Neng dengan mesra “Terima kasih ya A” terdengar
bisikan di telingaku. Kejadian-kejadian ini terus kami ulangi kalau ada
kesempatan, tapi karena niatku yang tidak ingin merusak adiku sendiri,
sampai akhirnya Neng menemukan jodoh dan menikah masih dalam keadaan
perawan. Demikian sebagian pengalamanku dengan adik iparku yang cantikNeng
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment