Tuesday, October 8, 2013

Pembantu Nikmat

Hari ini seperti biasa
aku perhatikan istriku
sedang bersiap untuk
berangkat kerja,
sementara aku masih
berbaring. Istriku
memang harus selalu
berangkat pagi, tidak
seperti pekerjaanku
yang tidak
mengharuskan
berangkat pagi. Tidak
lama kemudian aku
perhatikan dia berkata
sesuatu, pamitan, dan
perlahan meninggalkan
rumah. Sementara aku
bersiap kembali untuk
tidur, kembali
kudengar suara orang
mendekat ke arah
pintu kamar. Tetapi
langsung aku teringat
pasti pembantu rumah
tangga kami, Lia, yang
memang mendapat
perintah dari istriku
untuk bersih-bersih
rumah sepagi mungkin,
sebelum mengerjakan
yang lain.
Lia ini baru berumur 17
tahun, dengan tinggi
badan yang termasuk
pendek namun bentuk
tubuhnya sintal. Aku
hanya perhatikan hal
tersebut selama ini,
dan tidak pernah
berfikir macam-macam
sebelumnya. Tidak
berapa lama dari suara
langkah yang kudengar
tadi, Lia pun mulai
tampak di pintu masuk,
setelah mengetuk dan
meminta izin sebentar,
ia pun masuk sambil
membawa sapu tanpa
menunggu izin dariku.
Baru pagi ini aku
perhatikan
pembantuku ini, not
bad at all.
Karena aku selalu tidur
hanya dengan
bercelana dalam, maka
aku pikir akan ganggu
dia. Dengan masih
pura-pura tidur, aku
menggeliat ke samping
hingga selimutku pun
tersingkap. Sehingga
bagian bawahku sudah
tidak tertutup apapun,
sementara karena
bangun tidur dan belum
sempat ke WC,
kemaluanku sudah
mengeras sejak tadi.
Dengan sedikit
mengintip, Lia berkali-
kali melirik kearah
celana dalamku, yang
didalamnya terdapat
'Mr. Penny'ku yang
sudah membesar dan
mengeras. Namun aku
perhatikan dia masih
terus mengerjakan
pekerjaannya sambil
tidak menunjukkan
perasaannya.
Setelah itu dia selesai
dengan pekerjaannya
dan keluar dari kamar
tidur. Akupun bangun
ke kamar mandi untuk
buang air kecil. Seperti
biasa aku lepas celana
dalamku dan kupakai
handuk lalu keluar
mencari sesuatu untuk
minum. Kulihat Lia
masih meneruskan
pekerjaannya di ruang
lain, aku rebahkan
diriku di sofa depan TV
ruang keluarga kami.
Sejenak terlintas untuk
membuat Lia lebih
dalam menguasai
'pelajarannya'.­ Lalu aku
berfikir, kira-kira topik
apa yang akan aku
pakai, karena selama
ini aku jarang sekali
bicara dengan dia.
Sambil aku perhatikan
Lia yang sedang sibuk,
aku mengingat-ingat
yang pernah istriku
katakan soal dia.
Akhirnya aku ingat
bahwa dia memiliki
masalah bau badan.
Dengan tersenyum
gembira aku panggil
dia dan kuminta untuk
berhenti melakukan
aktivitasnya sebentar.
Lia pun mendekat dan
mengambil posisi duduk
di bawah. Duduknya
sangat sopan, jadi tidak
satupun celah untuk
melihat
'perangkatnya'.­ Aku
mulai saja
pembicaraanku
dengannya, dengan
menanyakan apakah
benar dia mempunyai
masalah BB. Dengan
alasan tamu dan
relasiku akan banyak
yang datang aku
memintannya untuk
lebih perhatian dengan
masalahnya.
Dia hanya mengiyakan
permintaanku, dan
mulai berani
mengatakan satu dua
hal. Semakin baik
pikirku. Masih dengan
topik yang sama,
akupun mengajaknya
ngobrol sejenak, dan
mendapat respon yang
baik. Sementara
dudukku dengan
sengaja aku buat
seolah tanpa sengaja,
sehingga 'Mr. Penny'ku
yang hanya tertutup
handuk akan terlihat
sepenuhnya oleh Lia.
Aku perhatikan
matanya berkali-kali
melirik ke arah 'Mr.
Penny'ku, yang secara
tidak sengaja mulai
bangun. Lalu aku
tanyakan apa boleh
mencium BB-nya,
sebuah pertanyaan
yang cukup
mengagetkannya,
selain karena
pertanyaan itu cukup
berani, juga karena
matanya yang sedang
melirik ke 'anu' ku.
Untuk menutupi rasa
malunya, diapun hanya
mengangguk
membolehkan.
Aku minta dia untuk
mendekat, dan dari
jarak sekian
centimeter, aku
mencoba mencium
BBnya. Akalku mulai
berjalan, aku katakan
tidak begitu jelas,
maka dengan alasan
pasti sumbernya dari
ketiaknya, maka aku
minta dia untuk
menunjukkan
ketiaknya. Sejenak dia
terdiam, mungkin
dipikirnya, apakah ini
harus atau tidak. Aku
kembali
menyadarkannya
dengan memintanya
kembali
memperlihatkan
ketiaknya. Melihat
tatapannya aku
mengerti bahwa dia
tidak tahu apa yang
harus dikerjakannya
untuk memenuhi
permintaanku. Maka
aku dengan cepat
menuntunnya agar dia
tidak bingung akan apa
yang harus dilakukan.
Dan aku katakan,
naikkan saja baju
kaosnya sehingga aku
dapat memeriksa
ketiaknya, dan aku
katakan jangan malu,
toh tidak ada siapapun
di rumah.
Perlahan diangkatnya
baju kaosnya dan
akupun bersorak
gembira. Perlahan kulit
putih mulusnya mulai
terlihat, dan lalu
dadanya yang cukup
besar tertutup BH
sempit pun mulai
terlihat. 'Mr. Penny'ku
langsung membesar
dan mengeras penuh.
Setelah ketiaknya
terlihat, akupun
memberi perhatian,
kudekatkan hidungku
terlihat bulu ketiaknya
cukup lebat. Setelah
dekat aku hirup udara
sekitar ketiak, baunya
sangat merangsang,
dan akupun semakin
mendekatkan hidungku
sehingga menyentuh
bulu ketiaknya. Sedikit
kaget, dia menjauh dan
menurunkan bajunya.
Lalu aku katakan
bahwa dia harus
memotong bulu
ketiaknya jika ingin
BBnya hilang. Dia
mengangguk dan
berjanji akan
mencukurnya. Sejenak
aku perhatikan
wajahnya yang tampak
beda, merah padam.
Aku heran kenapa,
setelah aku perhatikan
seksama, matanya
sesekali melirik ke arah
'Mr. Penny'ku. Ya
ampun, handukku
tersingkap dan 'Mr.
Penny'ku yang
membesar dan
memanjang,
terpampang jelas di
depan matanya. Pasti
tersingkap sewaktu dia
kaget tadi.
Lalu kuminta Lia
kembali mendekat, dan
aku katakan bahwa ini
wajar terjadi, karena
aku sedang berdekatan
dengan perempuan,
apalagi sedang melihat
yang berada di dalam
bajunya. Dengan malu
dia tertunduk. Lalu aku
lanjutkan, entah
pikiran dari mana, tiba-
tiba aku memuji
badannya, aku katakan
bahwa badannya bagus
dan putih. Aku juga
mengatakan bahwa
bibirnya bagus. Entah
keberanian dari mana,
aku bangun sambil
memegang tangannya,
dan memintanya
berdiri berhadapan.
Sejenak kami
berpandangan, dan aku
mulai mendekatkan
bibirku pada bibirnya.
Kami berciuman cukup
lama dan sangat
merangsang. Aku
perhatikan dia begitu
bernafsu, mungkin
sudah sejak tadi pagi
dia terangsang.
Tanganku yang sudah
sejak tadi berada di
dadanya, kuarahkan
menuju tangannya, dan
menariknya menuju
sofa. Kutidurkan Lia
dan menindihnya dari
pinggul ke bawah,
sementara tanganku
berusaha membuka
bajunya. Beberapa saat
nampaknya kesadaran
Lia bangkit dan
melakukan
perlawanan, sehingga
kuhentikan sambil
membuka bajunya, dan
aku kembali mencium
bibirnya hingga lama
sekali. Begitu Lia sudah
kembali mendesah,
perlahan tangan yang
sejak tadi kugunakan
untuk meremas
dadanya, kuarahkan ke
belakang untuk
membuka kaitan
BHnya. Hingga
terpampanglah buah
dadanya yang
berukuran cukup besar
dengan puting besar
coklat muda.
Lumatan mulutku pada
buah dadanya
membuatnya sudah
benar-benar
terangsang, sehingga
dengan mudah
tanganku menuju ke
arah 'Veggy'nya yang
masih bercelana dalam,
sedang tanganku yang
satunya membawa
tangannya untuk
memegang 'Mr.
Penny'ku. Secara
otomatis tangannya
meremas dan mulai
naik turun pada 'Mr.
Penny'ku. Sementara
aku sibuk menaikkan
roknya hingga celana
dalamnya terlihat
seluruhnya. Dan
dengan menyibakkan
celana dalamnya,
'Veggy'nya yang basah
dan sempit itupun
sudah menjadi mainan
bagi jari-jariku. Namun
tidak berapa lama,
kurasakan pahanya
menjepit tanganku, dan
tangannya memegang
tanganku agar tidak
bergerak dan tidak
meninggalkan
'Veggy'nya. Kusadari
Lia mengalami orgasme
yang pertama
Setelah mereda,
kupeluk erat badannya
dan berusaha tetap
merangsangnya, dan
benar saja, bebrapa
saat kemudian, nampak
dirinya sudah kembali
bergairah, hanya saja
kali ini lebih berani. Lia
membuka celana
dalamnya sendiri, lalu
berusaha mencari dan
memegang 'Mr.
Penny'ku. Sementara
secara bergantian bibir
dan buah dadanya aku
kulum. Dan dengan
tanganku, 'Veggy'nya
kuelus-elus lagi mulai
dari bulu-bulu halusnya,
bibir 'Veggy'nya,
hingga ke dalam, dan
daerah sekitar lubang
pantatnya. Sensasinya
pasti sungguh besar,
sehingga tanpa sadar
Lia menggelinjang-
gelinjang keras.
Kesempatan ini tidak
aku sia-siakan, bibirku
pindah menuju
bibirnya, sementara
'Mr. Penny'ku ku
dekatkan ke bibir
'Veggy'nya, ku elus-elus
sebentar, lalu aku
mulai selipkan pada
bibir 'Veggy'

pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya
suami dan istri, kami
seakan lupa dengan
segalanya, Lia bahkan
mengerang minta 'Mr.
Penny'ku segera
masuk. Karena
basahnya 'Veggy' Lia,
dengan mudah 'Mr.
Penny'ku masuk sedikit
demi sedikit. Sebagai
wanita yang baru
pertama kali
berhubungan badan,
terasa sekali otot
'Veggy' Lia menegang
dan mempersulit 'Mr.
Penny'ku untuk masuk.
Dengan membuka
pahanya lebih lebar
dan mendiamkan
sejenak 'Mr. Penny'ku,
terasa Lia agak rileks.
Ketika itu, aku mulai
memaju mundurkan
'Mr. Penny'ku walau
hanya bagian
kepalanya saja. Namun
sedikit demi sedikit
'Mr. Penny'ku masuk
dan akhirnya seluruh
batangku masuk ke
dalam 'Veggy'nya.
Setelah aku diamkan
sejenak, aku mulai
bergerak keluar dan
masuk, dan sempat
kulihat cairan
berwarna merah muda,
tanda keperawanannya
telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami
berdua, terdengar
sangat romantis saat
itu. Lia belajar sangat
cepat, dan 'Veggy'nya
terasa meremas-remas
'Mr. Penny'ku dengan
sangat lembut. Hingga
belasan menit kami
bersetubuh dengan
gaya yang sama,
karena ku pikir nanti
saja mengajarkannya
gaya lain. 'Mr.
Penny'ku sudan
berdenyut-denyu­t
tanda tak lama lagi aku
akan ejakulasi. Aku
tanyakan pada Lia,
apakah dia juga sudah
hampir orgasme. Lia
mengangguk pelan
sambil terrsenyum.
Dengan aba-aba dari
ku, aku mengajaknya
untuk orgasme
bersama. Lia semakin
keras mengelinjang,
hingga akhinya aku
katakan kita keluar
sama-sama. Beberapa
saat kemudian aku
rasakan air maniku
muncrat dengan
derasnya didalam
'Veggy'nya yang juga
menegang karena
orgasme. Lia memeluk
badanku dengan erat,
lupa bahwa aku adalah
majikannya, dan
akupun melupakan
bahwa Lia adalah
pembantuku, aku
memeluk dan
menciumnya dengan
erat.
Dengan muka sedikit
malu, Lia tetap tertidur
disampingku di sofa
tersebut. Kuperhatikan
dengan lega tidak ada
penyesalan di
wajahnya, tetapi
kulihat kepuasan. Aku
katakan padanya
bahwa permainannya
sungguh hebat, dan
mengajaknya untuk
mengulang jika dia
mau, dan dijawab
dengan anggukkan
kecil dan senyum. Sejak
saat itu, kami sering
melakukan jika istriku
sedang tidak ada. Di
kamar tidurku, kamar
tidurnya, kamar mandi,
ruang tamu, ruang
makan, dapur, garasi,
bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami
hingga tahunan, sampai
suatu saat dia dipanggil
oleh orang tuanya
untuk dikawinkan. Ia
dan aku saling melepas
dengan berat hati.
Namun sekali waktu Lia
datang kerumahku
untuk khusus bertemu
denganku, setelah
sebelumnya
menelponku untuk
janjian. Anak satu-
satunyapun
menurutnya adalah
anakku, karena
suaminya mandul. Tapi
tidak ada yang pernah
tahu.

No comments:

Post a Comment